Krisis finansial yang melanda Prancis memaksa klub-klub Ligue 1 berhemat. Berbagai upaya mereka lakukan supaya bisa lepas dari krisis.
--------------------------------------------------------------------------
Pada bursa transfer musim panas ini, klub-klub Ligue 1 Prancis kurang bergairah. Tidak ada nama pemain bintang yang dikaitkan dengan klub-klub elite Prancis. Yang ada hanya penjualan dengan nilai transfer rendah antarklub Prancis sendiri.
Ya, hantaman krisis finansial membuat klub-klub Prancis dipaksa untuk berhemat. Paling-paling aksi mereka di bursa transfer adalah menjual pemain, tidak membeli. Pemain paling mahal sementara ini di Ligue 1 adalah Cesar Azpilicueta.
Bek sayap berusia 20 tahun itu dibeli Olympique Marseille dari klub Spanyol Osasuna sebesar EUR 7 juta atau setara Rp 81,4 miliar. Banyak pemain yang bergabung dengan klub baru dengan status bebas transfer atau pinjaman.
"Situasi seperti ini terjadi sejak bursa transfer musim panas tahun lalu (2009, Red). Publik hanya melihat transfer besar di antara Real Madrid, Olympique Lyon, dan Marseille," papar Philippe Diallo, ketua UCPF (asosiasi klub profesional Prancis), seperti dikutip AFP.
Ya, ketika itu Lyon menjual Karim Benzema ke klub Spanyol Real Madrid. Karena itu, mereka mampu menggaet beberapa pemain seperti Lisandro Lopez, Michael Bastos, Ally Cissokho, dan Bafetimbi Gomis.
Sedangkan Marseille yang bernafsu menjadi juara Ligue 1 membeli Lucho Gonzalez, Souleymane Diawara, Stephane M'Bia, dan Gabriel Heinze. Adapun Bordueax mempermanenkan status Yoann Gourcuff yang semusim sebelumnya berstatus pinjaman.
Selain itu, banyak bintang Prancis yang dilego ke tim luar Prancis daripada sebaliknya. "Krisis ekonomi telah melanda Prancis sejak musim lalu dan saat itu utang semakin menumpuk melebihi kemampuan investasi," papar Diallo.
Karena itu, menjual pemain ke luar Prancis menjadi opsi paling cepat. Akibatnya, semakin banyak bintang yang angkat kaki dari Ligue 1. Apalagi, efek krisis ekonomi memaksa klub mereduksi gaji pemain. Itu menjadi salah satu solusi buruk.
Salah satu klub yang memutuskan untuk menggunakan kebijakan pemotongan gaji adalah Marseille. Gaji sejumlah pemain dalam tim besutan Didier Deschamps itu dipotong hingga sepuluh persen. Tidak ada pilihan lain, daripada utang kian menumpuk.
Presiden Lyon Jean-Michael Aulas punya cara sedikit berbeda. Secara perlahan, dia mengurangi jumlah pemain di tim senior, dari 28 pemain menjadi tinggal 25 pemain. Sisanya, Lyon mengandalkan para pemain junior dari klub itu.
"Sebagian besar korban kebijakan itu (pemotongan gaji, Red) bukanlah para pemain bintang, tapi para pemain rata-rata. Kita lihat saja, apakah problem ini memberikan dampak positif atau negatif?," papar Patrick Mignon, sosiolog olahraga.
Menurut Mignon, dengan kondisi seperti itu, para pemain muda punya lebih banyak kesempatan untuk membuktikan diri. Sebab, semakin sedikit pemain bintang yang ada dan semakin mahal gaji para pemain senior. Karena itu, pemain muda jadi opsi menarik.
Lihat saja, seiring dengan kian sulitnya klub Prancis belanja pemain, mereka lebih memilih untuk menggaet pemain muda dengan harga murah dan menggemblengnya. Bisa juga, memaksimalkan pemain muda dari skuad junior atau akademi klub.
Maxim Ganalons dan Miralem Pjanic di Lyon, Andre Ayew dan Cesar Azpilicueta di Marseille, serta masih banyak pemain muda lainnya. Mereka punya kesempatan lebih besar bermain sebagai starter karena banyak pemain bintang yang hengkang.
Sayang, para bintang muda itu juga biasanya tidak akan lama bertahan di klub-klub Prancis. Begitu terlihat bersinar, mereka langsung dibidik klub-klub elite Eropa.
sumber : http://www2.jawapos.co.id/sportivo/index.php?act=detail&nid=146669
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimanakah tanggapan Anda tentang hal ini.
Silahkan menuliskan komentar Anda pada opsi Nama/URL, lalu tulis nama anda dan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.
Jika anda tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongi.