DI ANTARA 32 pelatih peserta Piala Dunia 2010 Afrika Selatan (Afsel), Raymond Domenech, pelatih timnas Prancis, bisa disebut yang paling sial. Di Afsel, dia bertengkar dengan pemain. Tiba di Prancis, dia disidang parlemen.
--------------------------------------------
MULAI tanggal 01 Juli, secara resmi Raymond Domenech tidak lagi menjabat pelatih timnas Prancis. Posisinya digantikan oleh Laurent Blanc.
Menjadi pelatih timnas seperti Prancis, yang memiliki target tinggi, tentu memberikan begitu banyak tekanan dan masalah kepada Domenech. Namun, lepas dari posisi itu tidak berarti dia bisa sepenuhnya bebas dari masalah. Pelatih 58 tahun tersebut telanjur menjadi musuh nomor satu publik Prancis. Bukan hanya rakyat biasa yang memusuhi dia. Domenech juga menjadi musuh politisi dan pejabat pemerintahan.
Dia dianggap sebagai salah seorang biang kerok amburadulnya penampilan Prancis di Piala Dunia 2010. Ketidakmampuannya memimpin tim dan menyusun strategi menjadi faktor utama kegagalan Prancis.
Saat ditahan imbang Uruguay 0-0 di laga pertama grup A, salah seorang legenda Prancis, Zinedine Zidane, mengatakan bahwa Domenech tidak becus mengontrol tim. Zidane dan pendukung Les Bleus, sebutan timnas Prancis, lainnya pantas kecewa. Sebab, di laga itu Prancis unggul satu pemain pada sepuluh menit terakhir.
Domenech semakin berada dalam tekanan setelah timnya kalah 0-2 oleh Meksiko di laga kedua. Sesudah pertandingan, mantan pelatih Olympique Lyon itu bertengkar hebat dengan striker Nicolas Anelka. Keesokan harinya, Anelka dipulangkan.
Kejadian tersebut membuat kondisi Les Bleus makin tidak harmonis. Kapten tim Patrice Evra dan pelatih fisik Robert Duverne beradu fisik saat berlatih. Tim yang dimotori pemain-pemain senior itu akhirnya mogok berlatih. Alhasil, di partai terakhir Prancis dipermalukan oleh tuan rumah Afsel dengan skor 1-2.
Bukan hanya urusan teknis dalam lapangan yang menjadi sorotan. Kelakuan Domenech di luar lapangan juga disorot pejabat Prancis. Salah satunya adalah penolakan Domenech berjabat tangan dengan pelatih Afsel Carlos Alberto Parreira sesudah laga.
"Pelatih timnas Prancis tidak berjabat tangan dengan pelatih tim lawan di akhir pertandingan. Padahal, ratusan ribu pelatih, mulai yang berusia muda, setiap minggu mengingatkan kepada para pemain untuk selalu menjabat tangan lawan," kata Menteri Pendidikan Prancis Luc Chatel seperti dilansir AFP.
Untuk mempertanggungjawabkan kinerja itu, tepat pada hari terakhir masa kerja sebagai pelatih timnas kemarin Domenech bersama mantan Presiden Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) Jean Pierre Escalettes dipanggil parlemen untuk dimintai keterangan. Belum ada penjelasan resmi mengenai hasil pemeriksaan itu.
Domenech sampai detik ini tidak bersedia membeberkan kepada media apa sebetulnya yang terjadi sehingga tim besutannya tampil memalukan di Piala Dunia Afsel.
"Kami terkejut. Kami saat ini kecewa. Ini bukan saatnya memberikan penjelasan. Saya hanya akan menilai bersama jajaran direktur, staf, dan pemain," kilah Domenech.
Belakangan, terungkap Domenech sebetulnya sudah tidak tahan dengan kondisi timnya dan bermaksud meninggalkan tim saat masih berada di Afsel. Hal tersebut diungkapkan oleh pelatih kiper Bruno Martini. Menurut Martini, setelah memulangkan Anelka dan pemain mogok berlatih, Domenech mengalami stres berat. Tiba-tiba saja dia mengemasi barang-barangnya dan hendak meninggalkan tim saat itu juga.
Namun, Domenech yang sudah gelap mata tersebut, papar Martini, akhirnya mau bertahan setelah dibujuk striker Djibril Cisse. Dengan mengatasnamakan pemain lain, Cisse meminta maaf dan memohon Domenech bertahan.
sumber : http://www.jawapos.com/sportivo/index.php?act=detail&nid=142803
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimanakah tanggapan Anda tentang hal ini.
Silahkan menuliskan komentar Anda pada opsi Nama/URL, lalu tulis nama anda dan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.
Jika anda tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongi.