22 Nov 2010

'Klub 100' Premier League


Nicolas Anelka menjadi pemain ke-15 yang bisa mencetak 100 gol di Premier League. Ia pun bergabung dengan 'Klub 100', di mana di dalamnya berkumpul nama-nama seperti Thierry Henry dan Alan Shearer.

Yang dimaksud dengan 'Klub 100' di sini adalah kumpulan pemain yang sudah menorehkan 100 gol atau lebih sejak dimulainya era Premier League tahun 1992. Shearer memimpin klub ini dengan koleksi 260 golnya.

Sementara itu, mantan penyerang MU, Andy Cole, duduk di urutan dua dengan 187 gol. Mantan tandem sehati Cole di MU, Dwight Yorke, juga masuk klub ini. Yorke menempati posisi sembilan dengan koleksi 123 gol.

Sedangkan Thierry Henry duduk di urutan tiga. Selama delapan musim masa baktinya bersama Arsenal, penyerang asal Prancis itu sukses menorehkan 174 gol. Berikut adalah 'Klub 100' Premier League seperti dilansir Daily Mail.




'Klub 100' Premier League:

1. Alan Shearer (260 gol)



2. Andy Cole (187)




3. Thierry Henry (174)



4. Robbie Fowler (161)

 

5. Les Ferdinand (150)



6. Teddy Sheringham (147)



7. Michael Owen (143)



8. Jimmy Floyd Hasselbaink (128)



9. Dwight Yorke (123)



10. Ian Wright (113)



11. Dion Dublin (111)



12. Robbie Keane (107)



13. Emile Heskey (101)



14. Matt Le Tissier (100)



15. Nicolas Anelka (100)




Nb : masih dapat berubah sewaktu - waktu
sumber info dari detiksport

27 Agu 2010

Mesut Oezil Memilih berlabuh ke Madrid namun Favoritkan Barcelona

Sebelum bergabung ke Real madrid, Mesut Oezil sempat dikaitkan dengan beberapa klub besar, termasuk Manchester United dan Barcelona. Bahkan dia sempat menyatakan memimpikan bermain bersama El Barca. Namun ternyata garis hidupnya mengarahkan dia ke Santiago Bernabeu.
Beberapa mungkin memertanyakan alasan Oezil memilih Madrid, yang notabene merupakan rival abadi klub favoritnya. Namun sebagai seorang profesional, Oezil memiliki alasan yang sangat masuk akal mengenai pilihan kariernya.


Kepada Bild , Oezil menyatakan kalau Madrid merupakan impian setiap pebola profesional. Dengan status sebagai tim terbaik dunia, Oezil sadar siapapun akan sulit menolak bergabung dengan El Real.

“Aku sangat ingin ke sini, karena bermain dengan Madrid merupakan sebuah kebanggaan. Madrid tim tersukses di dunia. Setiap yang datang ke sini pasti menginginkan gelar juara, dan aku pribadi sangat haus akan kesuksesan,” papar Oezil.

Oezil sendiri mengaku tak memerlukan banyak waktu untuk memantapkan tekadnya hengkang ke Madrid. Setelah menerima masukkan dari penasihatnya, Oezil pun kian optimistis dengan jalan hidupnya bersama Mdrid.

“Aku sudah bicara dengan penasihatku mengenai klub lain, dan pada akhirnya aku cuma tertarik dengan Madrid,” sambung eks bintang Werder Bremen itu.

Mengenai ketatnya persaingan di skuad Los Blancos, Oezil tak khawatir. Dia mengaku siap menunjukkan kapasitasnya saat bersanding dengan bintang-bintang Madrid.

“Madrid punya segudang pemain berkelas dunia seperti (Cristiano) Ronaldo, atau Kaka. Tapi aku tak takut bersaing dengan mereka. Kehadiran Sami (Khedira) membuat situasi menjadi semakin mudah buatku. Aku berbicara dengannya sebelum pindah, dan aku senang akhirnya bisa bergabung,” pungkas pemain keturunan Turki tersebut.

sumber :
http://bolagoalnet.blogspot.com/2010/08/mesut-oezil-favoritkan-barcelona-namun.html

24 Agu 2010

Madrid Menyimpan Bom Waktu di Lini Tengah


Transfer yang seyogianya terjadi pada awal tahun depan itu akhirnya dikebut. Demi menutupi lubang peninggalan Kaka, yang absen 4 bulan pasca operasi lutut, Real Madrid mendatangkan Mesut Oezil dari Werder Bremen pada awal pekan ini dengan tebusan 15 juta euro.

Kedatangan bintang tim nasional Jerman di Piala Dunia 2010 yang diikat dengan kontrak selama enam tahun itu merupakan pemenuhan filosofi ala pelatih Jose Mourinho. Arsitek asal Portugal ini menginginkan minimal dua pemain dengan kualitas sama baiknya di masing-masing posisi.

Namun, justru disini letak permasalahannya. Tanpa menghitung Kaka saja, Los Merengues sudah memiliki 7 gelandang serang berkualitas, dan pastinya mahal. Persaingan ketat bakal terjadi mengingat Mao cenderung menurunkan tiga pemain dibelakang striker tunggal.

Mari kita lihat satu per satu calon penghuni pos tersebut. Mulai dari sayap kiri, posisi ini tidak mungkin lepas dari Cristiano Ronaldo. Jika bintang asal Portugal itu absen, Angel di Maria merupakan alternatif paling rasional.

Pindah ke kanan, eks gelandang sayap Getafe bernilai 10 juta euro, Pedro Leon, siap memberi kontribusi signifikan. Ia bisa tampil bergantian dengan jebolan cantera Madrid yang musim lalu tampil memukau dengan umpan-umpan silang paten, Esteban Granero.

Kerumitan baru tercipta saat menentukan siapa yang menjadi pilihan utama mengisi pos pengatur serangan. Selain Oezil, Madrid sudah terlebih dahulu memiliki gelandang kreatif asal Belanda, Rafael van der Vaart, plus prodigy alias anak ajaib bernama Sergio Caneles.

Sebelum kedatangan Oezil, Mou sepertinya lebih senang menempatkan Caneles di posisi tersebut. So, apakah ini berarti keduanya akan saling bersaing merebut posisi inti? Tidak demikian di mata Mourinho.

“Oezil dan Caneles memang bisa saling dibandingkan, tapi mereka juga merupakan pemain dengan tipe yang berbeda. Cederanya Kaka akan membuat Caneles dan Oezil sering mendapat kesempatan tampil,” kata Mourinho.

“Oezil bisa bermain di beberapa posisi. Di Bremen, ia menempati posisi sayap kiri dan baru bermain di tengah saat Diego pindah ke Juventus. Saat membela tim nasional Jerman, dia malah bisa turun lebih ke belakang. Adalah kewajiban saya agar Oezil dan Caneles tidak saling menghambat perkembangan satu sama lain,” tambah Mourinho.

Mou memang tak mungkin menghilangkan salah satu gelandang bertahan miliknya. Selain ia terbiasa menggunakan skema dobel pivote, satu gelandang bertahan di tengah sekumpulan pemain bernaluri serang tinggi tentu sangat rawan bagi pertahanan tim.

Seluruh skenario diatas terjadi dengan catatan bahwa Kaka masih absen. Tentu bisa dibayangkan bom waktu sedahsyat apa yang berpotensi meledak saat ek pujaan AC Milan itu siap merumput.

21 Agu 2010

Transfer Panas AC Milan dan Genoa Musim 2010/11

AC Milan telah merekrut Marco Amelia dan Sokratis Papastathopoulos dari Genoa. Sebaliknya, I Grifoni sudah mendapatkan Gianmarco Zigoni dari AC Milan. Sekarang Milan dan Genoa ditengarai merajut bisnis lagi. Agen bek Genoa, Salvatore Bocchetti akan ditukar Marek Jankulovski plus sejumlah uang.

“Prospek pertukaran antara Milan dan Genoa itu benar. Saya pikir semuanya tergantung keputusan Jankulovski,” kata Flavio Marrucco. Apabila jankulovski menolak pindah ke Genoa, Milan siap menawarkan Ignazio Abate.

Selain mengatur transfer Bocchetti, Milan dan Genoa juga merancang sebuah rencana unik menyangkut Kevin-Prince Boetang. I Grifoni sudah hampir mendapatkan gelandang Ghana di Piala Dunia 2010 itu.

Tapi, berhubung Genoa sudah merekrut begitu banyak pemain baru, Boetang akan langsung dipinjamkan ke Milan dengan opsi pembelian separoh hak kepemilikan atas pemain yang lahir di Jerman itu musim depan.

Allenatore Milan, Massimiliano Allegri, mengaku dirinya mengetahui I Rossoneri sedang berusaha mendatangkan pemain baru. “Saya tidak akan menyebut nama, tapi kita lihat saja perkembangan minggu ini,” kata Allegri.

Ketika nama Bocchetti dan Boetang ditanyakan, Allegri memberi indikasi lebih menerima nama terakhir. Ini cocok dengan harapan sang pelatih yang menginginkan Milan merekrut setidaknya satu gelandang lagi.

“Boetang? Dia pemain yang menarik. Bocchetti? Dia pemain yang bagus, tapi dilini belakang kami sudah memiliki cukup pemain,” ucap Allegri.

sumber :
http://sepakbolaonline.com/bursa-transfer-pemain-ac-milan-musim-201011-vol-1/

14 Agu 2010

Homoseksualitas Dalam Sepakbola

Sepakbola adalah olahraga keras yang identik dengan machoisme kaum lelaki. Adakah tempat bagi kaum homoseksual dalam dunia sepakbola?

Penggemar Chelsea pasti masih ingat nama Graeme Le Saux, bekas bek kiri The Blues dan timnas Inggris. Selama 14 tahun ia mengalami ejekan dari koleganya dan lawan mainnya karena dianggap gay. Ia takut pergi bersama rekan-rekannya. Saat ia sampai ke tempat latihan, ia merasa gugup. “
“Saya merasa seperti anak sekolah yang mengalami bully di sekolah”, ujar Le Saux dalam otobiografinya.

Le Saux mendapat hinaan dari semua orang, termasuk dari striker Liverpool, Robbie Fowler, yang membungkukkan badan di depannya dan menunjuk ke arah bokong saat pertandingan sebelum ribuan suporter meneriakkan yel-yel yang memanaskan telinga Le Saux.

Masalahnya adalah, Graeme Le Saux bukan seorang gay.
Muara masalah Le Saux adalah karena ia memiliki minat dan hobi yang berbeda dengan para sepakbola kebanyakan. Ia tertarik pada seni, membaca surat kabar The Guardian (yang juga kegemaran penulis, tapi yakinlah bahwa penulis bukan gay), dan tidak gemar bermabuk-mabukan. Le Saux frustrasi dan sempat memikirkan untuk berhenti bermain sepakbola.
Tudingan yang tidak tepat akan orientasi seksual Le Saux belum ada apa-apanya dibanding dengan yang dialami Justin Fashanu, pesepakbola Inggris pertama yang mengaku terbuka bahwa ia gay.

Fashanu adalah salah satu pemain bertalenta pada zamannya. Ia menjadi pemain berkulit hitam pertama yang dibeli dengan harga 1 juta Pounds. Tapi karir Fashanu menurun setelah bermain untuk manajer legendaris Brian Clough di Nottingham Forest. Mendengar bahwa Fashanu sering mengunjungi bar kaum gay, Clough mengonfrontasi Fashanu, seperti yang tertera dalam otobiografinya, ”’Kemana kamu pergi jika menginginkan roti?’ tanya Clough. ’Ke tukang roti’ jawab Fashanu. ’Kemana kamu pergi jika menginginkan daging?’ ’Ke tukang daging’. ’Jadi kenapa kamu masih terus pergi ke klub gay itu?’

Justin Fashanu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pada tahun 1998.
The Justin Campaign, dinamakan untuk mengenang Fashanu, adalah salah satu grup pejuang keberagaman dan hak kaum gay yang mengungkapkan kekecewaan mereka setelah FA secara mendadak membatalkan peluncuran film yang ditujukan untuk memberantas homofobia. Sebelumnya dikabarkan bahwa FA gagal untuk mencari pemain ternama yang mendukung film tersebut, tapi FA sekarang melakukan penilaian ulang terhadap film yang menampilkan adegan seorang pria melontarkan teriakan anti-gay kepada teman kerjanya sebelum melakukan hal yang sama dalam stadion sepakbola. Film tersebut tidak akan pernah dirilis pada bentuk aslinya.

Walaupun organisasi sepakbola Inggris belum mengambil keputusan, homofobia masih terus terjadi pada olahraga ini. Stadion-stadion masih dipenuh oleh chant anti-gay yang ofensif, dan candaan seputar homofobia terus terjadi dalam ruang ganti pemain.

Tidak banyak, tapi ada beberapa atlet ternama dunia yang mengaku terbuka bahwa mereka adalah gay. Bekas pemain NBA, John Amaechi; Peloncat indah Matthew Mitcham, dan Gareth Thomas, pemain rugby asal Wales yang juga bekas kapten British Lions, adalah salah satu dari sedikit nama tersebut.

Dari 4.000 pemain sepakbola profesional di Inggris dan Wales, tidak ada satu pun yang diketahui terbuka sebagai gay. Paul Elliott, bekas pemain Chelsea dan Celtic yang bekerja bagi organisasi Kick It Out, mengatakan bahwa setidaknya terdapat 12 pemain Premier League yang gay. Setelah Gareth Thomas mengaku orientasi seksualnya, publisis Max Clifford mengungkapkan bahwa ia memberikan advis kepada 2 pemain Premiership yang gay agar tetap merahasiakan orientasi seksualnya karena sepakbola ”tetap berada dalam era kegelapan, tenggelam dalam homofobia.”

Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) telah menerima beberapa saran dari Amaechi mengenai cara menanggulangi homofobia dalam sepakbola. ”Tidak ada gunanya mendiskriminasi orang gay dan tidak,” ujar chief executive Gordon Taylor.”Sepakbola adalah dunia yang macho, tapi begitu juga militer, dan sekarang itu telah berubah.”

Siapa yang harus disalahkan untuk segala represi dan prasangka dalam sepakbola? Fans? Pemain yang homofobik? Atau FA dan klub yang tidak cepat tanggap terhadap perkembangan dunia modern? Ben Summerskill dari Stonewall mendeskripsikan bahwa sepakbola adalah institusi yang sudah homofobik dari awal.”FA terus menyangkal masalah ini dan sampai belakangan, mereka tidak memandang hal ini sebagai sebuah masalah yang penting.”

Lingkungan yang homofobik secara tradisional seperti dunia perbankan dan militer, menurut Summerskill, lebih fleksibel dari sepakbola dalam menyikapi homofobia.

“Ironis bahwa apa yang terjadi dalam angkatan bersenjata lebih maju daripada sepakbola. Kita bersedia mengirim tentara yang mengaku gay dan lesbian untuk berperang di Afghanistan, tapi kita tidak ingin mengirimkan pemain gay untk berjuang di Piala Dunia.”
Summerskill percaya bahwa ada beberapa pesepakbola ternama yang gay dan, pada posisi yang sama seperti Gareth Thomas, orientasi seksualnya diketahui dan diterima oleh rekan-rekan terdekatnya. Thomas mengaku bahwa ia teman-teman mengetahui kondisi dirinya tiga tahun sebelum ia mengatakannya pada publik.
Clifford tidak yakin akan ada bintang Premiership yang akan mengaku gay dalam waktu dekan ini, tapi jika ada, sangat mungkin yang melakukannya adalah pemain berpengalaman yang sudah memiliki segala dan tidak memiliki sesuatu untuk dipertaruhkan. Summerskill mengatakan bahwa ia akan terkejut jika tidak ada pemain yang mengaku gay dalam 10 tahun ke depan. Tapi ia meyakini bahwa para pemain tidak memiliki kewajiban untuk membeberkan orientasi seksual mereka pada publik, walaupun hal tersebut tak diragukan lagi akan membantu banyak sekali orang muda yang dikonfrontasi oleh lingkungan karena seksualitas mereka. Ia lebih menekankan aspek positifnya, seperti yang telah dilakukan oleh para bintang olahraga gay, seperti Thomas dan Martina Navratilova.

Thomas, yang mengaku gay pada periode akhir karirnya, mengakui bahwa ia “tidak akan pernah bisa melakukan hal tersebut tanpa menjadi pemain hebat yang dihormati orang lain”, tapi ia mengatakan bahwa ia menerima respon yang luar biasa sesudahnya.

Di PFA, Taylor mengatakan bahwa kejadian tragis Fashanu masih menghantui para pesepakbola profesional. Tapi ada lebih banyak contoh lagi dari atlet yang terbuka dan jujur akan kondisi dirinya walaupun berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan.

Pemain rugby asal Australia, Ian Roberts, adalah atlet profesional pertama dari negara tersebut yang mengaku gay pada tahun 1995; sebuah tindakan berani dalam olahraga yang macho. Saat ia pensiun 3 tahun kemudian, ia mengatakan, “Reaksi publik saat saya mengatakan kondisi saya sebenarnya jauh lebih bermakna dari semua yang saya raih di lapangan.”

sumber :
supersoccer.co.id/liga-inggris/ulasan/content/read/homoseksualitas-dalam-sepakbola/

12 Agu 2010

The Autobiography : Bob Paisley.

Pangeran William dilahirkan untuk menjadi raja inggris, Michael Jackson dilahirkan menjadi penyanyi Pop terhebat sepanjang sejarah, Bob Paisley dilahirkan sebagai Pahlawan sekaligus legenda klub Liverpool.
“The most successfull manager in English football history” (Lifting 19 Trophies in nine season at Anfield and being Awarded The OBE in 1977) memang pantas disandang Lelaki bertubuh besar yang  dilahirkan di Hetton le-hole, sunderland 23 january 1919.Bob Paisley memulai karir sepakbolanya di klub amatir Bishop Auckland FC. Sebelum akhirnya pindah ke Liverpool, tempat dimana dia menghabiskan waktu hampir separuh abad. Sesuatu yang jarang ditemukan untuk seseorang yang begitu loyal terhadap klub yang dicintainya.

44 tahun hidup bersama Liverpool adalah sesuatu yang tidak pernah Bob bayangkan sebelumnya. Di tahun-tahun perdananya bersama Liverpool, Bob yang bertubuh besar ini sangat sulit beradaptasi bersama rekan se timnya.apalagi karirnya di Liverpool sempat terhenti dikarenakan perang dunia kedua yang terjadi saat itu.
Debutnya bersama  Liverpool di mulai 5 january 1946, saat itu Liverpool berhadapan dengan chester  city di FA cup 3rd round.Pertandingan itu diakhiri dengan kemenangan Liverpool. Butuh waktu dua tahun bagi Bob Paisley untuk mempersembahkan gol perdananya untuk Liverpool.walau begitu, Golnya merupakan penentu kemenangan Liverpool 2-1 atas tamunya Wolverhampton wanderers di liga inggris tahun 1948.

Di musim pertamanya (1946-1947)bersama Liverpool, Bob membawa Liverpool merasakan gelar liga pertama setelah “puasa gelar” 24 tahun. Karir sang kapten Liverpool ini tidak sebagus karirnya sebagai manajer the Kopites. setelah tampil sebanyak 253 penampilan disertai 10 gol nya untuk the Reds, Bob memutuskan untuk berhenti berkarir sebagai pemain. Cintanya terhadap Liverpool tidak membuatnya pergi jauh dari Anfield. Dia tetap bekerja di sana sebagai fisioterapis.

Datangnya Bill Shankly ke Liverpool di tahun 1959 membuahkan hasil yang manis bagi Liverpool dan juga Bob sendiri. Bill berhasil membawa Liverpool mendapatkan gelar liga 3 kali , 2 dari FA cup,dan 1 dari Uefa Cup. Banyak pelajaran yang diambil dari sang Guru.Bob tidak menyia-nyiakan kedatangan Bill ke Liverpool.kedekatannya dengan Legenda Liverpool ini membuat Bob dijadikan orang yang sangat dipercaya Bill untuk menggantikannya sebagai manajer Liverpool di tahun 1974 setelah Bill mengundurkan diri sebagai Manajer  tim.

Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya.begitupun dengan Bob.dia menuruni bakat besar yang telah diberikan Bill terhadap dirinya.bagi Bob, Bill bukanlah hanya sekedar partner terbaiknya selama dia berkarir di dunia sepakbola, dia menganggapnya lebih sebagai seorang kakak kandungnya sendiri.Bob tidak pernah sedikitpun iri terhadap apa yang telah dilakukan Bill terhadap Liverpool,semuanya itu bagi Bob semata hanya untuk Liverpool.

Keberhasilan Bill Shankly bersama Liverpool malah menantang Bob untuk bisa melebihi apa yang telah di berikan Bill terhadap Liverpool.Alhasil, kerja keras Bob memimpin Liverpool sejak tahun 1974 membuahkan gelar yang akan selalu diingat para fans Liverpool sampai sekarang ini.
Dalam Sembilan tahun sebagai manajer Liverpool, bob menyumbangkan 6 juara liga inggris, 2 kali runner up liga inggris,3 dari league cup, 1 dari Uefa Cup, 1 european super cup,5 juara charity shield, dan yang terpenting adalah Liverpool berhasil mendapatkan gelar liga champions sebanyak 3 kali. Dominasi Liverpool di inggris dan di eropa saat itu hanya bisa tersaingi oleh kehadiran Brian Clough dengan Nottingham Forrestnya.

Setiap manajer  tentu pernah memiliki The Dream Team yang selalu membuatnya  optimis untuk meraih gelar juara.Bob Paisley Punya sederetan nama “The best XI” yang akan selalu dibawanya hingga akhir masa hidupnya.


  •  Ray Clemens (Goalkeeper), kiper termuda yang pernah bermain untuk Liverpool. Bill shankly membawanya dari schunthorpe united disaat usianya 18 tahun.dia adalah kiper terbaik sepanjang sejarah Liverpool.
  •  Phil neal (right full back): didatangkan dari Northampton. Satu-satunya pemain Liverpool yang pernah berlaga di final liga champion sebanyak 5 kali bersama Liverpool, dan berhasil memenangkan 4 diantaranya.
  • Mark Lawrenson (centre): yang dibeli dari brighton Albion 1981 sempat memecahkan transfer record untuk Liverpool dengan bandrolan 900 ribu poundsterling. Salah satu bek terbaik yang pernah dimiliki Liverpool.
  • Emlyn Hughes (centre): julukan the Crazy Horse memang pantas disandang bek andalan dua legenda Bill dan Bob.setelah bermain  474 pertandingan dan sukses bersama Liverpool, hughes pindah ke klub wolverhampton.
  • Alan Kennedy (left back): Salah satu bek andalan Bob Paisley yang didatangkan dari Newcastle seharga 330 ribu poundsterling di tahun 1978.
  •  Sammy lee (centre):lahir dan di besarkan di Liverpool.bermain untuk Liverpool sebanyak 197 pertandingan. Setelah pensiun bermain, dan mencari pengalaman berlatih di beberapa klub inggris kini dia kembali ke Liverpool sebagai assisten manajer Rafa benitez.tampaknya dia ingin mengikuti jejak sang Guru berbakti sepanjang hidupnya bersama Liverpool.
  • Graeme Sounnes (centre): lelaki yang lahir di tanggal (6 mei 1953)dan tempat(Edinburgh,Scotland) yang sama dengan mantan Perdana mentri inggris Tony Blair ini memulai karirnya bersama Tottenham hotspurs.pemain tengah Liverpool yang berhasil membawa Liverpool 3 kali menjuarai Liga champion.
  • Ian Callaghan (right wing): Lahir dan di besarkan di liverpool.pemegang rekor penampilan sebanyak 640 kali bersama Liverpool. Bergabung bersama Liverpool sejak umur 15 tahun.
  • Kevin Keegan (Forward): King kev adalah Pemain kesayangan dua legenda Bill dan Bob. Pemain yang ikut berjasa menjuarai beberapa gelar penting untuk Liverpool diantaranya 3 gelar liga inggris dan sekali di liga champion.
  • Kenny Dalglish (deep-lying Forward): menurut Bill dan Bob dia adalah pemain terbaik sepanjang sejarah Liverpool.Bob membelinya dari celtic tahun 1977 dengan harga 440 ribu poundsterling dan saat itu adalah rekor transfer terbesar di liga inggris.
  • John Toshack (striker) : Duetnya bersama King Kev di lini depan Liverpool adalah yang paling fantastis di jamannya.


Sebuah prestasi dari hasil kerja keras yang akan selalu diingat pecinta Liverpool terhadap legenda yang namanya telah dipakai sebagai lambang kebesaran di pintu masuk Stadion Anfield, Paisley Gate.
Bob berhenti sebagai manajer Liverpool di tahun 1983 dan posisinya di gantikan John Fagan. Bob menjadi Direktur teknik di Liverpool sampai dirinya di diagnosa mengidap penyakit Alzheimer di tahun 1992. Setelah 4 tahun berjuang melawan penyakit Alzheimer,Bob yang dikenal dengan guyonannya menghembuskan napas terakhir tepat 3 minggu setelah dia merayakan ulang tahunnya yang ke 77 pada 14 februari 1996.
"If you're in the penalty area and don't know what to do with the ball, put it in the net and we'll discuss the options later."


Salah satu Quote nya yang akan selalu diingat setiap orang yang pernah mengenalnya, khususnya Supporter Liverpool.

sumber : supersoccer.co.id/liga-inggris/ulasan/content/read/the-autobiography-bob-paisley/

10 Agu 2010

The Youngest Premier League Referee Ever!

Michael Oliver, 24 tahun, akan memulai debutnya sebagai wasit termuda dalam sejarah Premier League saat pertandingan Fulham melawan Portsmouth (9/1).
Untuk seorang pemuda yang dibesarkan dalam kota yang memiliki bar bernama The Block and Tackle, nampaknya pilihan karir menjadi wasit adalah ideal. Nama bar di Ashington, tempat kelahiran Sir Bobby Charlton dan saudaranya, Jack, merujuk pada peralatan pengangkat barang, tapi juga bisa menggambarkan secara konotatif bagaimana perjalanan karir Michael Oliver hingga di jenjang seperti ini.

Pria 24 tahun dari Northumberland ini besok akan menjadi wasit termuda sejak Premier League bergulir tahun 1992 saat ia memimpin laga di Craven Cottage.
Pertandingan itu akan menjadi titik tonggak dalam karir Oliver yang cepat menanjak dalam dunia perwasitan yang membuatnya mengikuti jejak ayahnya, Clive, walaupun sang ayah tidak pernah memimpin pertandingan Premier League.
Karir Michael Oliver terus menanjak sebagai wasit sejak ia tidak mengambil kesempatan bermain sebagai pemain muda meskipun ia mendapat tempat di akademi sepakbola klub kesayangannya, Newcastle United.

Ia memulai debutnya sebagai wasit pada usia 14 tahun saat memimpin Coast Colts League di Northumberland. Seminggu setelah ulang tahunnya ke-16, ia memimpin pertandingan senior pada pertandingan Morpeth Sunday League yang keras – bukan pertandingan bagi mereka yang lemah. Saat berusia 18 tahun, ia telah menjadi wasit di Conference Division dan karirnya terus menanjak sesudahnya.
Deretan prestasinya berikut mengagumkan: Hakim garis termuda Football League, wasit termuda Football League, wasit termuda di Wembley, dan ofisial keempat termuda di Premier League.
Oliver, walaupun mengaku terkejut dengan penunjukannya sebagai wasit Premier League, mengatakan, “Saya beruntung. Semua yang saya dapatkan dengan segala rekor termuda ini, saya tidak menargetkan hal tersebut. Saya hanya terus berkonsentrasi bekerja dengan baik.”
Tidak mengejutkan, ia mengatakan bahwa ayahnya adalah pengaruh terbesarnya saat ia memilih karir sebagai wasit yang sejauh ini terbukti benar dan mendapatkan gelar sarjana dalam bidang olahraga dari Universitas Sunderland.
”Saya mendapat ketertarikan menjadi wasit saat menonton ayah saat masih kecil,” ujarnya.

”Ayah adalah pelatih yang tepat bagi saya. Ia memberi masukan yang berharga bagi saya. Kami telah sepakat untuk tidak menganalisa pertandingan satu sama lain tapi jika sesuatu yang besar terjadi, kami akan menonton rekaman pertandingan dan menanyakan opini satu sama lain.”
Ayah bukanlah satu-satunya orang yang membuat kaki Michael Oliver tetap menjejak bumi. Manajer Stoke, Tony Pulis, mengkritiknya di surat kabar setelah timnya kalah dari Preston di Deepdale pada Februari 2008. Oliver mengingat hal tersebut, ”Saat saya pergi ke kampus untuk kuliah keesokan harinya, mereka menempel potongan surat kabar tersebut di dinding sehingga anda bisa menertawakannya. Kami dikirimi DVD agar kami bisa mempelajari pertandingan yang sudah berlangsung dan melihat kesalahan apa saja yang kami buat. Tapi anda harus segera melupakannya dan beralih ke pertandingan selanjutnya.”

Dengan trend yang menunjukkan bahwa para manajer bertendensi menyalahkan wasit bila timnya kalah (yes yes! Sir Alex Ferguson!), Oliver harus berkulit tebal seperti badak agar bisa bertahan sebagai wasit top. Ia dikritik habis oleh kiper Birmingham, Maik Taylor, setelah menghadiahkan penalti bagi Plymouth musim lalu yang membuat kedua tim bermain 1-1 di kandang Birmingham. Tidak hanya itu, Oliver mengusir Taylor keluar lapangan dengan kartu merah.
Tidak cukup demikian, sebagai inisiasi, Oliver juga dicerca oleh pengkritik wasit nomor satu, manajer Crystal Palace, Neil Warnock. Bekas manajer Sheffield United ini murka setelah Oliver menganulir gol Joe Fonte pada ajang FA Cup musim lalu yang menyebabkan Palace kalah 3-4 dari Watford.
Warnock mendeskripsikan keputusan tersebut sebagai sebuah hal yang memalukan sebelum menambahkan dengan sinis, ”Saya tidak bisa memahami bagaimana para wasit bisa mengerti jalannya pertandingan pada usia sedemikian muda. Stuart Attwell juga memiliki umur yang serupa dan mereka sudah berlari sebelum mereka bisa berjalan. Mereka pasti akan menempatkannya (Oliver) di Premier League tahun depan.”

Prediksi sinis Neil Warnock terbukti kebenarannya. Walaupun Oliver percaya dengan kemampuannya, sorotan negatif akan wasit berusia muda akibat peristiwa gol hantu Stuart Attwell, di mana sang wasit muda yang melakukan debut Premier League di usia 25 tahun memberikan gol kepada Reading saat melawan Watford walaupun bola tidak masuk ke gawang, membuatnya sadar bahwa ia akan menjadi sasaran tembak dengan alasan yang sama bila ia melakukan kesalahan.

“Hanya setelah itu, jika saya melakukan keputusan yang salah, atau jika Stuart melakukan keputusan yang salah, maka masalah umur akan diangkat,” keluh Oliver. “Tidak hanya itu dianggap sebagai keputusan yang salah, tapi keputusan salah yang dilakukan oleh seseorang berusia 24 tahun.”

Oliver telah terbiasa melakukan keputusan sulit. Ia adalah wasit pertama yang memberikan penalti dan kartu merah di Stadion Wembley yang baru saat play-off divisi Conference antara Exeter dan Morecambe tiga tahun lalu.

Tapi, untuk mencegahnya menjadi besar kepala dan gemar menjadi pusat perhatian publik serta pers, ia merasa bahwa bercengkerama dengan teman-temannya di Ashington sangat membantu.

”Walaupun pekerjaan saya menjadi wasit membuat saya sibuk bepergian ke mana-mana, saya masih merasa bahwa rumah saya adalah Ashington dan saya masih suka menonton pertandingan di TV bersama teman-teman di bar.”

Bahkan, Oliver menjadi manajer bagi tim sepakbola bar-nya tersebut bila ia sedang lowong. Tapi, jika debutnya di Craven Cottage berjalan dengan mulus, maka tim sepakbola The Block and Tackle nampaknya harus mencari manajer yang baru.

sumber : supersoccer.co.id

8 Agu 2010

Beberapa Nomor Keramat Di Liga Inggris

Berikut ini adalah nomor-nomor ikon pada klub sepak bola Inggris, malahan ada nomor yang sudah di ‘keramatkan’ alias sudah tak bisa dipakai lagi, untuk menghormati mantan pemain yang pernah menggunakan nomor tersebut.

      1. Chelsea  # 25



Pernah digunakan oleh: Gianfranco Zola
Siapa yang kini menggunakannya? Nomor tersebut telah ‘dipensiunkan’, untuk menghormati pengaruh Zola selama dirinya memperkuat The Blues pada pertengahan tahun 90an. Tak ada seorangpun yang mampu mencetak gol yang sama, seperti yang pernah dicetaknya. Nomornya tak tergantikan.


      2. West Ham # 6



Pernah digunakan oleh: Bobby Moore
Siapa yang kini menggunakannya? Telah diingatkan oleh George McCatrney, mantan pemain West Ham, bahwa klub telah ‘mempensiunkan’ nomor tersebut untuk menghormati mantan Kapten mereka tersebut.


       3. Everton # 9




Pernah digunakan oleh: Dixie Dean, Duncan Ferguson, Tommy Lawton, Graeme Sharp
Siapa yang kini menggunakannya? Dixie Dean adalah pemain Everton pertama yang menggunakan nomor tersebut, saat ini nomor tersebut digunakan oleh pemain pendatang baru asal Amerika Serikat, Landon Donovan, yang membuat debut yang baik di Goodison. Everton hanya sekali kalah, di lima pertandingan yang diikutinya.


        4. Manchster City # 23




Pernah digunakan oleh: Mark Vivien-Foe
Siapa yang kini menggunakannya? Nomor tersebut telah ‘dipensiunkan’ setelah kematian tragis dari pemain timnas Kamerun itu, yang meninggal pada saat laga internasional di Piala Konfederasi FIFA.


       5. Tottenham # 10







Pernah digunakan oleh: Glenn Hoddle, Gary Lineker, Jimmy Greaves
Siapa yang kini menggunakannya? Sekarang nomor tersebut kosong, tapi hanya sampai akhir musim saja. Robbie Keane saat ini sedang dipinjamkan di Celtic, mengingat catatan golnya pada klub, dirinya akan segera bergabung dengan legenda nomor 10 ‘Lilywhites’.


       6. Arsenal # 6



Pernah digunakan oleh: Tony Adams
Siapa yang kini menggunakannya? Saat ini sedang kosong, setelah sebelumnya digunakan oleh Philippe Senderos, yang gagal dicap sebagai Tony Adams.


       7. Manchester United # 7





Pernah digunakan oleh: George Best, Eric Cantona, David Beckham, Cristiano Ronaldo
Siapa yang kini menggunakannya? Selalu digunakan oleh pemain ikon, saat ini digunakan oleh Michael Owen. Striker timnas Inggris tersebut gagal menyamakan kehebatan dari pemain-pemain yang sebelumnya menggunakan nomor tersebut.


       8. Liverpool # 7



Pernah digunakan oleh: Kenny Dalglish, Kevin Keegan
Siapa yang kini menggunakannya? Sama halnya dengan United, nomor 7 telah identik dengan pemain terbaik di tim ini. Beberapa tahun terakhir, nomor tersebut telah digunakan oleh beberapa pemain sepeti Harry Kewell dan yang terbaru adalah Robie Keane.


       9. Newcastle # 9







Pernah digunakan oleh: Alan Shearer, Les Ferdinand, Andy Cole, Jackie Milburn, Albert Stubbins
Siapa yang kini menggunakannya? Saat ini sedang kosong, nomor 9 di kaos hitam putih pernah dipakai oleh para pencetak gol terbaik dunia, pernah ditawarkan kepada pemain baru asal Coventry, Leon Best, namun dirinya menolak untuk menggunakannya.


   10. Leeds # 4



Pernah digunakan oleh: Billy Bremner, David Batty
Siapa yang kini menggunakannya? Pada tahun 70an, saat menggunakannya, David Batty melakukan tackling keras yang sangat terkenal. Saat ini nomor tersebut digunakan oleh gelandang pinjaman dari Coventry, Michael Doyle.


 Nomor-nomor di atas adalah nomor-nomor ‘cantik’ di masing-masing klub, biasanya pemain saat ini yang diijinkan mendapatkan nomor kehormatan tersebut setidaknya diramalkan bisa menyamai para pendahulunya. Terkadang, nomor tersebut menjadi beban, apabila penampilan yang diharapkan jauh dari penampilan para pendahulunya, karena mau tidak mau, pasti akan dibanding-bandingkan.

Bukan jaminan memang, yang menggunakan nomor-nomor keramat tersebut pasti tampil baik seperti pendahulunya. Tapi hal itu sudah merupakan sugesti tersendiri, dan pemain yang menggunakannya mau tidak mau, harus siap.

sumber :
supersoccer.co.id/liga-inggris/ulasan/content/read/nomor-keramat-di-inggris/